Posts Subscribe to This BlogComments

Follow Us

Artikel Terkini

1 2 3 4 5

Senin, 29 Agustus 2011

Dieng ""Negeri Atas Awan""

Dieng sebuah negeri diatas awan, sebuah negeri yang indah nan elok dan senantiasa tertutup kabut.  Bumi Wonosobo, ditakdirkan oleh Allah Swt memiliki keelokan bentang alam pegunungan yang sungguh mempesona dan tiada duanya. Penulis sendiri pernah menyaksikan sendiri keindahan dan keelokan bumi Wonosobo dan Dataran Tinggi Dieng. Dulu ketika masih masa SMA, penulis pernah melakukan petualangan gunung di daerah Bumi Wonosobo salah satunya adalah Ekspedisi Tugu Surono (Puncak Slamet) dan pada akhirnya terjebak kabut di antara dekapan Sindoro – Sumbing. Terakhir kali kunjungan, penulis melakukan perjalanan motor menuju Dataran Tinggi Dieng dari Surabaya ; dan kekaguman penulis terhadap bumi Illahi ini sangat sulit diungkapkan dengan kata kata, sungguh pesona alam yang ditawarkan luar biasa indahnya.



Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan “Hyang” yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa “Dieng” merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.


Sebelum anda menapakkan kaki di Bumi Dieng, apa yang anda bayangkan selama perjalanan menuju negeri  indah diatas awan ini? indahnya bentang alam pegunungan? hawa dingin yang menusuk tulang? atau kabut putih yang senantiasa menutupi keindahan ciptaan Illahi ini? Dan ketika anda menapakkan kaki di Bumi Dieng….Subhanallah berapa banyak tempat tempat wisata yang menawarkan keindahan yang ada disana, bahkan liburan 3 haripun terasa masih kurang untuk menjelajahi dan menikmati keindahan Illahi atas Dataran Tinggi Dieng ini.


Secara Geografis Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi geografis 7’ 12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl. Suhu udara rata-rata 15 C, pada bulan Juli-Agustus, suhu turun sampai dibawah 0 C. Secara administratif Kawasan Dieng terbagi menjadi dua kawasan yaitu, Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak diwilayah Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah.


Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil. Kunir dan Prambanan. Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, Kawah Kumbang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.
Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber air yang berasal dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari Kali Tulis dengan Sumber Air dari kaki Gunung Perahu. Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan untuk pengairan areal pertanian. Jumlah penduduk di Kawasan Dataran Tinggi Dieng ini berjumlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 Km.


Wisata Kawah
 
Kawah Pagerkandang. Bila dilihat morfologinya dapat disimpulkan sebagai bekas kawah gunung berapi yang berbentuk kerucut. Tubuh gunung telah runtuh akibat letusan dan punggung di sebelah utara sampai barat laut menjadi terbuka dan keluarlah bahan letusan.
Kawah Si Kendang. Kawasan ini berada di tepi Telaga Warna dan kawah ini hanya bisa memunculkan suara bagaikan suara khas Jawa yang disebut “Kendang”. Selain kawah ini, masih banyak kawah lain yang dapat disaksikan di sekitar kawasan wisata dataran tinggi Dieng.
Kawah Sileri. Kawah tersebut merupakan cekungan yang terisi oleh bahan, letusan dari Pagerkandang (tahun 1944). Dari morfologinya terlihat bahwa kawah ini merupakan lubang letusan pindahan dari Kawah Pagerkandang.
Kawah Sikidang. Merupakan lubang yang berupa solfatar (belerang) karena selalu berpindahpindah tempat clan airnya yang selalu mendidih.
Kawah Candradimuka. Kawah ini bukan merupakan kawah gunung berapi, melainkan pemunculan solfatar dari rekahan tanah. Terdapat dua lubang pengeluaran solfatar yang masih aktif, salah satunya mengeluarkan solfatar terus menerus sedangkan yang lain secara berkala.
Wisata Telaga
Telaga Merdada. Telaga Merdada dahulu merupakan kepundan (kawah gunung berapi yang kemudian terisi air hujan) air dari telaga itu dapat dipergunakan untuk kebutuhan penduduk Desa Karang Tengah.
Telaga Sewiwi. Telaga ini bukan merupakan bekas kawah melainkan pemunculan air tanah dari bukit bukit sekitarnya ditambah air hujan, sehingga terjadilah telaga.
Telaga Balekambang. Terletak di Kompleks Candi Pendowo, untuk menghindari bahaya banjir yang dapat merusak candi candi, penduduk membuat saluran pembuangan air kesungai Dolok. Saluran tersebut diberi nama Gangsiran Aswatama.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Kedua telaga ini dulu merupakan satu telaga saja, karena terbendungnya Sungai Tulis oleh lava, maka telaga tersebut terpisahkan menjadi dua sampai sekarang.
Telaga Dringo. Nama Dringo didapat dari tumbuhnya dringo di sekeliling telaga tanpa ditanam orang. Telaga itu juga merupakan bekas kawah yang meletus pada tahun 1786.
Telaga Cebong. Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh perbukitan. Air tanah bukit bukit itumengisi cekungan tersebut. Air telaga digunakan untuk keperluan sehari hari oleh penduduk Sembungan.
Telaga Menjer. Merupakan telaga alam terluas di Kabupaten Wonosobo. Berada di ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut, dengan luas 70 Ha dan kedalaman 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo 12 km sebelah utara kota Wonosobo.


Berwisata ke Dieng tidak akan lengkap jika tidak berkunjung ke Komplek Candi Dieng. Berdasarkan temuan Prasasti Situs Dieng diperkirakan dibangun abad VII – XIII Masehi. Sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa ( istri Syiwa ). Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng dibagi menjadi 5 kelompok. Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site ( tempat pemujaan ) yaitu :

Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
Kelompok Candi Magersari
Argo Wisata Tambi. Hamparan permadani hijau perkebunan teh, terhampar luas di lereng gunung Sindoro, dengan ketinggian 1200 sampai 2000 meter di atas permukaan laut. Suhu udara di kawasan ini berkisar antara 15 derajat Celcius sampai 24 derajat Celcius. PT Tambi mengelola tiga unit perkebunan teh yang terletak di desa Bedakah, Tanjungsari serta desa Tambi dengan luas area mencapai 829 Ha yang dilengkapi fasilitas pondok wisata, kolam pemancingan, lapangan tenis, taman bermain dan kebun serta pabrik teh.
Ngruwat Rambut Gembel. Ritual ini merupakan tradisi yang hidup di daerah sekitar kecamatan Kejajar, 17 kilometer sebelah utara kota Wonosobo. Di sekitar daerah ini banyak anak-anak kecil yang berambut gembel, yang menurut cerita merupakan titipan dari Kyai Kolodete. Dan gembel tersebut dianggap “balak” yang harus diruwat, melalui upacara tradisi”Ruwatan”. Upacara biasanya dilakukan setelah anak mengajukan permintaan langsung atau jejaluk (dalam bahasa Jawa) kepada orang tuanya. Permintaan yang kadang kala sulit untuk dipenuhi. Anehnya bila upacara tradisi Ruwatan bagi anak gembel tidak dilaksanakan atas permintaannya sendiri, maka sekalipun sudah dicukur akan tumbuh gembel kembali.
Dieng Plateau Center. Tempat ini merupakan Pusat Interpretasi potensi alam dan budaya kawasan Dataran Tinggi Dieng dibangun atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah H. Mardiyanto. Diharapkan wahana wisata tersebut dapat menjadi magnet yang kuat untuk mengembangkan pariwisata di Propinsi Jawa Tengah. Dieng Plateu Theatre sebagai sarana edukasi cultural sebagi pengenalan potensi wisata serta hiburan, dilengkapi dengan seperangkat peralatan audio visual (film) dan tempat duduk pengunjung berkapasitas seratus buah kursi.
Dieng Plateau Theater terletak di lereng bukit Sikendil desa Dieng kecamatan Kejajar, kabupaten Wonosobo, berada di sebelah barat Taman Wisata Telaga Alam Telaga Warna dan Telaga Pengilon serta Goa Jaran, Goa Sumur dan Goa Semar yang dikeramatkan oleh masyarakat.



Sunrise Di Puncak Sikunir. Kurang lebih sekitar 1 jam berjalan kaki mendaki Bukit Sikunir, maka anda akan sampai di Puncak Sikunir. Umumnya pendakian dilakukan sekitar pukul 02.00 dini hari kurang lebih 1 jam perjalanan kita akan mencapai puncak bukit Sikunir ini. Sembari menunggu matahari terbit, anda akan merasakan sangat kedinginan berada di Puncak Sikunir ini, bersabarlah karena tak lama lagi anda akan menyaksikan fenomena alam berupa bentang alam pegunungan yang sungguh luar biasa. Di sisi timur, anda akan disuguhi pemandangan matahari terbit atau yang dikenal dengan Golden Sunrise Khas Dieng sedangkan disisi utara anda akan melihat deretan pegunungan yang mengelilingi Dataran Tinggi Dieng, dan dikejauhan nampak terlihat Gunung Sindoro – Sumbing yang hanya terpisahkan oleh sebuah jalan raya. Disisi Selatan anda akan melihat deretan pegunungan dan  Gunung Slamet yang berdiri kokoh menjulang langit, dan yang tak kalah indahnya ; dilembah pegunungan atau tepatnya dibawah kaki anda berdiri akan nampak gugusan awan berarak arak serta beriringan menyelimuti kesunyian lembah Dataran Tinggi Dieng. Itulah mengapa Dieng disebut dengan Negeri Diatas Awan.


Bagi Anda yang ingin bertamasya ke Objek Wisata Alam dan Budaya di Kawasan Dataran Tinggi Dieng, terdapat dua pilihan jalur kendaraan yang dapat digunakan. Berikut ini adalah Petunjuk Arah menuju ke Kawasan Wisata Dieng.
Jalur Wonosobo. Merupakan jalur favorit untuk menuju ke Dieng. Jika dibandingkan dengan jalur dari Banjarnegara, jalur dari Wonosobo relatif lebih pendek dan lebih mudah untuk dijangkau serta kondisi jalan yang tidak terlalu berkelok.
Dari Semarang. Di terminal antar kota Terboyo banyak terdapat bis yang melayani trayek Semarang – Purwokerto melalui Wonosobo. Jaraknya sekitar 120 km dan waktu tempuh kira-kira 3.5 jam. Rutenya adalah : Semarang-Ungaran-Bawen-Ambarawa-Secang-Temanggung-Parakan-Kertek-Wonosobo.
Dari Surakarta. Walaupun tidak banyak bis langsung dari Solo ke Wonosobo namun ada beberapa perusahaan bis yang melayani trayek ini. Anda dapat mendapatkan bis tersebut di terminal Tirtonadi jurusan Solo-Purwokerto via Wonosobo. Jaraknya sekitar 180 km waktu tempuhnya kita-kira 6 jam. Rutenya adalah : Solo-Kartasura-Boyolali-Ampel-Salatiga-Bawen-Ambarawa-Secang-Temanggung-Parakan-Kertek-Wonosobo.
Dari Magelang. Jalur dari Magelang ini merupakan jalur ke Wonosobo yang ramai. Kira-kira sepuluh menit sekali ada bis yang datang dan pergi. Bis terakhir kira-kira jam 19.00 berangkat dari terminal antar kota Magelang. Jaraknya sekitar 65 km dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam. Rutenya adalah : Magelang-Secang-Temanggung-Parakan-Kertek-Wonosobo.
Wisata belum lengkap tanpa membeli oleh-oleh. Wonosobo memiliki makanan dan minuman khas yang tidak dijumpai di wilayah lain. Makanan dan minuman  ini adalah makanan dan minuman kuliner khas Wonosobo. Dengan udara yang bersih dan sejuk, makanan dan minuman terasa lebih enak untuk dinikmati.
Opak. Opak dibuat dari singkong rebus yang ditumbuk, diberi garam dan daun kucai, dibentuk tipis-tipis, dijemur lalu digoreng. Namun tidak semua opak diberi daun kucai. Opak adalah kerupuk khas Wonosobo. Pusat produksinya ada di desa Jolontoro kecamatan Sapuran. Di pasaran dijual matang maupun mentah. Jika anda menggoreng sendiri, jangan sampai gosong. Sebab dengan minyak yang cukup panas, opak mentah kering akan matang hanya dalam waktu kira-kira 7 detik. Sekali goreng, kira kira satu genggam. Opak cocok untuk hidangan di rumah, lebih enak sambil minum teh.
Mie Ongklok. Dari namanyapun bisa ditebak, makanan ini terbuat dari dari mie. Namun mie yang satu ini sangat khas dan asli Wonosobo. Cara penyajiannya mirip dengan mie ayam. Bedanya, kalau mie ayam aromanya adalah ayam, sedang mie ongklok aromanya adalah udang kering/ebi. Mie ongklok dibuat dari dari mie, kol/kubis, cabe, daun kucai dan kuah bumbu kental pedas. Ada juga yang ditambah tahu bacem atau tempe kemul. Disajikan panas-panas…Hmm mantap nikmatnya. Semangkok mie ongklok kira-kira harganya Rp. 3.500,- atau Rp. 4.000,- . Pertama kali makan mie ongklok orang biasanya masih heran. Sebab makanan ini kuahnya seperti lem kental. Namun kali yang berikutnya biasanya suka. Banyak juga keluarga yang mengajak tamu atau saudara dari luar kota, rame-rame makan mie ongklok, sebagi sajian khas. Di Wonosobo,banyak yang menjual mie ongklok namun ada diantaranya yang sudah terkenal. Salah satunya adalah Pak Muhadi di Jl. A Yani, sebelah utara terminal lama. Di Kauman, Longkrang dan seputar Rita Pasaraya juga ada.
Tempe Kemul. Tempe kemul adalah tempe yang diselimuti atau ‘dikemuli’ dengan tepung yang diberi bumbu dan daun kucai. Salah satu bumbunya adalah kunyit sehingga tempe kemul ini warnanya kuning, belang-belang hijau karena ada daun kucainya. Tempe kemul ini spesifik Wonosobo, tidak ada di daerah lain. Makanan ini sangat populer di Wonosobo sehingga sering djadikan snack pada saat ada rapat, gotong royong, kumpul-kumpul ataupun makanan sehari-hari di rumah. Jarang sekali orang bosan dengan makanan yang satu ini. Maklum, rasanya enak dan gurih. Apalagi dimakan dengan cabe rawit pedas.
Carica. (dibaca: Karika) adalah pepaya khas Dieng. Hanya tumbuh di daerah dingin. Carica ini mirip dengan buah pepaya (Carica Papaya). Carica ini diolah dan dijadikan manisan carica.
Keripik Jamur. Sesuai dengan namanya, keripik jamur adalah jamur yang dibuat menjadi keripik. Di Wonosobo, sejak dulu budidaya jamur sudah tidak asing lagi. Selain sebagai bahan makanan basah, kini masyarakat Wonosobo sudah lebih inovatif dengan mengolah jamur menjadi keripik.
Kacang Dieng. Sesuai dengan namanya, kacang ini hanya ada di daerah Dieng dan sekitarnya. Rasanya gurih, cocok untuk dimakan di perjalanan atau untuk oleh-oleh. Ada yang menamai kacang ini dengan nama kacang babi. Nama yang aneh, padahal tidak ada sangkut pautnya dengan babi.
Purwaceng. Purwaceng (Pimpinella Fraucan) adalah tanaman ‘ginseng’ khas Dieng. Disamping sebagai obat tradisional, tanaman ini dijadikan minuman seperti kopi dan dipercaya dapat menambah vitalitas.
Teh. Sebenarnya di tiap daerah ada teh. Namun teh dari Wonosobo rasanya lain-dari yang lain. Terutama teh hitam produksi Tambi. Teh ini diekport ke manca negara. Namun sebagian di jual di pasaran lokal. Pusat penjualannya adalah di koperasi PT Tambi Jl. Tumenggung Jogonegoro, Supermarket, di kios utara Pasar Induk atau di kios oleh-oleh, seperti di Kertek. Ada kemasan dus dan ada kemasan plastik, ukurannya bermacam-macam pula.


Nah sobat avontur…..Nikmati keindahan negeri di atas awan, berikut wisata kulinernya…Dieng Plateau



Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

 

My Friend's